Jumat, 06 Desember 2013

PENGKADERAN ADALAH SALAH SATU BENTUK BUDAYA BEBEK

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieBlPT-SrJ-o5PvTUELJh6uwuZ5URTJsmfGatxLuvUyUuL0u1vkg7znXThuQRKmHnXhaLMwRq4UhyphenhyphenWqVQn484Fe1GHuFSZJtb9aMp3pOVP9cqdZbxwqCn7UHcLsT9CwrRDvLoNSNjH38I3/s400/foto+kereeen_0256.JPG

Budaya Pengkaderan adalah budaya BEBEK yang gobrok (menurut pandangan saya). mengapa?? lihat saja bebek kalo jalan,, dia hanya mengikuti yang di depannya, tidak berfikir apakah itu jalan yang baik atau tidak?, tidak perduli apakah itu berlumpur atau tidak? itulah BEBEK!. sama halnya dengan budaya pengkaderan? hanya saja sebagian lembaga, institut, jurusan, dan fakultas dari beberapa universitas mengubah namanya menjadi "PEMBINAAN" tapi dengan cara yang SAMA!. tetap ada unsur KEKERASAN  (secara langsung maupun tidak langsung), tetap ada unsur PEMBENTAKAN.. jaman dahulu,, pengkaderan sangat bermanfaat (tapi itukan DULU), itu karena sebagai gerakan mahasiswa melawan kapitalisme masa kepemimpinan soeharto, waktu itu tentara, polisi.. mengambil alih kampus untuk mencegah dan mengisolasi gerakan mahasiswa saat itu *tragedi golput besar-besaran..
Tapi sekarangkan sudah bukan jamannya SOEHARTO lagi.. ini sudah era reformasi.. bukan orde baru, apalagi orde lama, trus apa gunanya pengkaderan saat ini?? kita sudah tidak perlu mengikuti masa ospek jaman dulu.. karena jaman dulu dan jaman sekarang itu berbeda.. katanyaaaaa mahasiswa adalah penyalur aspirasi masyarakat.. anti KEKERASAN dan anti PENJAJAHAN khususnya di negeri sendiri.. tapi apakah itu masih berbanding lurus antar pengkaderan dengan pernyataan tersebut?, sebagian mahasiswa senior beranggapan "iyyaaa" karena itu kita harus kuat, kita harus bisa melawan caranya adalah ikut "kaderisasi"!, tapi itu hanya berlaku bagi mahsiswa jaman dulu,, bukan saat ini!, alangkah lebih baiknya kita meninggalkan sistem pengkaderan yang melibatkan unsur pemaksaan, unsur ke-egoisan senior, unsur kekerasa fisik dan mental, apalagi sistem senioritas..
pengkaderan tidak menyelesaikan masalah "mengubah karakter siswa jadi mahasiswa" tapi malah menambah masalah bagi mahasiswa..
lihat saja, apa yang dilakukan para senior di depan mahasiswa baru saat melakukan inisiasi?? hanya memamer suaranya yang JELEK dengan cara MEMBENTAK juniornya, men-CEMOOH juniornya tanpa ALASAN yang jelas, mengHUKUM dan meNYURUH juniornya dengan seenaknya dengan cara yang tidak mencerminkan seorang senior yang baik,, malah sebailknya, hal tersebut hanya membawa contoh yang buruk bagi juniornya.. senior mengira saat senior melakukan hal tersebut itu adalah sesuatu yang HEBAT yang patut diBANGGAKAN, tapi malah sebaliknya, hal itu hanya jadi pandangan sinis untuk junior.. yang terpapar dalam pikiran junior adalah senior itu adalah mahasiswa yang melampiaskan kemarahannya kepada juniornya atas tindakan yang dilakukan pada senior terdahulunya kepada mereka, dengan kata lain, junior ada "PELAMPIASAN" seniornya, para mahasiswa baru juga beranggapan bahwa PENGKADERAN, INISIASI, dan PEMBINAAN itu adalah PEMBODOHAN (pandangan maba), ada pula mahasiswa baru yang beranggapan bahwa senior itu adalah orang yang paling takut di kalah cantik, dikalah ganteng karena lebih sibuk urusi penampilan juniornya dari pada penampilan mereka sendiri, bahkan tidak sedikit dari junior mendo'akan senior mereka hal-hal yang buruk.. tapi senior tampaknya senior yang terlibat tetap saja BANGGA akan hal tersebut.. sungguh IRONI sikap para senior ini..
bukankah lebih baik hal itu ditinggalkan? bukankah lebih baik hal itu diubah?? akan lebih baik kalo pengkaderan, inisiasi, pembinaan dll sebagainya dilakukan bukan dalam bentuk pelancongan, bukan dalam bentuk gertakan, bukan dalam bentuk ancaman, bukan dalam bentuk cemomohan apalagi kekerasan, bukan dalam bentuk senioritas.. tapi dalam bentuk persuasif atau ajakan yang baik, yang mendidik dan tentunya tidak memberika doktrin-doktrin negatif bagi juniornya dengan tutur kata yang tidak kasar dan tidak pantas untuk dicontoh dan tentunya sikap yang baik..
kenapa kita tidak mencontoh bentuk ospek negara maju?? lihat bentuk ospek INGGRIS, JEPANG dan USA, dulunya juga pelancongan tapi ditinggalkan karena dianggap sudah tidak cocok dengan perkembangan, pandangan dan keadaan negaranya dan memang sudah tidak cocok untuk di laksanakan, jepang mengubah sistem ospek menjadi lebih mendidik lebih bermanfaat dengan meninggalkan budaya yang memang sudah tidak cocok dan tidak efektif lagi lagi dilaksanakan, cukup budaya tersebut disimpan dalam catatan sejarah mereka bukan berarti ditinggalkan, Namun dijadikan sebagai pelajaran. contohnya adalah melaksanakan kegiatan sosialisasi pengembangan peroduk dan mesin yang langsung dilaksanakan di temapat terpencil dan pemanfaat sumberdaya alamnya (perkebunan) Itulah negara maju.. Nah, pertanyaannya sekarang, kapan budaya OSPEK dalam bentuk pelancongan, kekerasan, gertakan dan pemaksaan akan terus diLESTARIKAN?? kapan budaya itu bisa dijadikan acuan pembelajaran untuk mengubah sistemnya menjadi lebih efektif dan lebih bermanfaat ? sementara kita tahu kalau sistem tersebut sudah tidak berbanding lurus dengan jaman sekarang..
Catatan : tulisan ini ditulisan ini berdasarkan dari hasil wawancara beberapa mahasiswa baru dan beberapa sumber sosial media diantaranya : http://achmadfirdaus.wordpress.com/tag/relevansi-pengkaderan-dan-idealisme-mahasiswa/ , https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=216044591861380&id=184270048372168

Senin, 11 November 2013

tugas agama islam (UH)

KEBUDAYAAN ISLAM
1.1 latar belakang
MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”. Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam proses yang panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenaranya secara universal.
Ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh umat islam mengandung nilai-nilai islam yang memiliki peran yang sangat penting didalam mengembangkan kebudayaan islam. Disamping itu, ajaran-ajaran islam juga dapat membumikan ajaran utama ( yang sebagai syariah) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan mahluk lainnya. Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia mempunyai akal budi. Dengan adanya akal budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan yang cenderung membuat manusia menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan kebudayaan tersebut manusia memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan hidup. Akal budi pun mampu menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keseluruhan yang dihasilkan akal budi tersebut dapat dikelola untuk menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna menuju peradaban yang modern.
Seiring dengan berkembangnya wawasan manusia akan lebih dapat memilah-milah bagian-bagian yang positif dan negative untuk diri pribadi dan orang lain. Dengan peradaban manusia yang semakin modern maka pola pikir manusia akan lebih berkembang. Apabila dikaitkan dengan kebudayaan islam maka manusia merupakan suatu fungsi yang di gunakan untuk meneruskan kebudayaan islam dimasa lalu untuk menjalankan peradaban modern. Kebudayaan islam digunakan sebagai pedoman agar manusia tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif dan manusia dapat memahami betapa pentingnya mempelajari tentang kebudayaan islam agar kita sebagai umat islam dapat tahu betul bagaimana sebenarnya kebudayaan islam yang sesungguhnya. Dan pada makalah ini kami akan membahas tentang kebudayaan islam.
sumber :
http://www.acityawara.com/Detail-1494-makalah-kebudayaan-islam-.html
http://fatikhahfauziahh92.wordpress.com/2012/05/23/makalah-tentang-kebudayaan-islam/
http://aisardi.blogdetik.com/cinta/
http://asepmahfudz1.blogspot.com/2012/10/makalah-kebudayaan-islam.html
Rumusan masalah :
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut  
 (didiskusikan)
 Tujuan :
Setelah mendiskusikan tema ini, maka kita dapa memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut ;
(didiskusikan)
 
Manfaat :
adapu manfaat makalah ini , yang insyaAllah akan tersampaikan melalui diskusi maupun bacaan dari makalah ini:
(didiskusikan)

Pengertian Kebudayaan
          Kebudayaan menurut selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sedangkan kebudayaan menurut Edward B.Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dari definisi definisi diatas dapat diperoleh suatu pengertian mengenai suatu kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda benda atau bangunan bangunan yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda benda yang bersifat nyata, pola pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain lain yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

J. Verkuyl mengatakan bahwa kebudayan berasal dari bahasa Sanksekerta, yakni budaya, bentuk jamak dari budi yang berarti roh atau akal. Kata “kebudayaan” berarti segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia.
Kebudayaan menurut para ahli
  1. E.B. Taylor, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
  2. R. Lintonn, mendefinisikan kebudayaan sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
  3. S.T. Alisahbana, mendifinisikan kebudayaan adalah manisfestasi suatu bangsa.
  4. Dr.M. Hatta, mendefinisikan kebudayaan adalah ciptaan hidup suatu bangsa.
  5. Prof.Dr.Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalamkehidupan masyarakat.
(Munthoha dkk, 1998: 8)
Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kebudayaan melekat dengan diri manusia, artinya akan kebudayaan. Kebudayaan itu lahir bersama dengan kelahiran manusia itu sendiri. (Tim Depag RI, 2004: 165).
Secara umum kebudayaan dapat dipahami  sebagai hasil olah akal, berupa:
  1. Cipta   : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia hal yang ada dalam pengalamannya secara lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
  2. Karsa  : kerinduan manusia untuk menyadari tentang asal-usul manusia sebelum lahir dan ke mana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma dan kepercayaan. Kemudian timbul bermacam-macam agama karena kesimpulan manusia juga bemacam-macam.
  3. Rasa    : kerinduan manusia akan keindahan sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmatinya. Manusia pada dasarnya selalu merindukan keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan.
Hasil budaya manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
  1. Kebudayan jasmaniyah (kebudayaan fisik) seperti benda-benda ciptaan manusia, misalnya alat perlengkapan hidup.
  2. Kebudayaan rohaniah (non material) yaitu hasil ciptaan yang tidak dapat dilihat dan diraba, seperti agama, ilmu pengetahuan, bahasa dan seni. (Muntoha dkk, 1998:24)
Kebudayaan adalah milik khas manusia, bukan ciptan binatang ataupun tanaman yang tidak mempunyai akal budi. Binatang memang mempunyai tingkah laku tertentu menurut naluri bawaannya yang berguna untuk memelihara kelangsungan hidupnya, tetapi binatang tidak mempunyai kebudayaan. (Faisal Ismail, 1997:24). Al-Quran memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Ia tidak mungkin lepas dari nilai-nilai kemanusiaan, tapi bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Dalam perkembangan kebudayaan perlu bimbingan wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap oleh ambisi yang bersumber dari nafsu hewani dan berdampak merugikan diri sendiri. Dalam hal ini agama berfungsi sebagai pembimbing manusia dan mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam.
Hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-niai ketuhanan disebut dengan kebudayaan Islam, dimana fungsi agama akan berperan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia mengalami kebekuan karena keterbatasan kemampuan dalam memecahkan persoalan hidup. Kondisi semacam ini dipandang perlu unruk menggunakan bimbingan wahyu.
Kebudayaan akan terus berkembang, tidak akan berhenti selama masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas manusia baik dalam konteks hubungan dengan sesama maupun dengan alam lingkungannya, akan selalu berkaitan. Hal ini berarti manusia sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial tidak akan pernah berhenti dari aktivitasnya dan tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Kebudayan akan berhenti ketika manusia sudah tidak lagi menggunakan akal budinya. ( Tim Depag RI, 2004 : 166 )
SECARA umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu, hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam Al-Qur'an ada perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan dan kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah ini maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada zina akan kita pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perbuatan hasil daripada dorongan wahyu "janganlah kamu dekati zina."
Seterusnya ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki itu adalah di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya daripada Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.
Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian. Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam bukanlah ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa peraturan tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.
Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya, siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa oleh makanan minum
Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat Islam membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka akan muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh, karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang sophisticated dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya sehingga mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang sudah sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah dipikirkan oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan berkebudayaan sendiri.
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan Jepang.
Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang dipikirkan dan dibuat itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa lain di dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan bangsanya, kebudayaan Melayu.
Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia tidak diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah silau pulut, yang mana orang Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat dan difikirkan.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau rusa, itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan Islam.
Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang dicetuskan oleh umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak bertentangan dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam.
Oleh karena itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam yang dapat kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam
 Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam (BELUM)
Kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam, tetapi kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat Islami.
Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu:
1.      Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan baru. Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat merusak manusia. dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal”.
  1. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt :”Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).
  2. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti. Sebagaimana telah difirmankan Allah Swt: “Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).
  3. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (Qs, al-Qhasash, 28:77).
Pada masa ini kemajuan umat Islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh dinasti Ummayah. Ekspansi ini menimbulkan pertemuan dan persatuan berbagai bangsa, suku dan bahasa, yang menimbulkan kebudayaan dan peradaban yang baru.
  1. Dalam bidang hukum Islam, muncul ulama mazhab seperti Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Malik.
  2. Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab pertama, yang berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai bagian kebudayaan Islam, sebab filsafat tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Al-Razi (865) dan al-Farabi (870), mereka dikenal sebagai pembangun utama sistem filsafat dalam Islam. Ibnu Miskawaih (930) merupakan pemikir terkenal tentang pendidikan akhlak, karyanya yang terkenal adalah Tahdzib al-Akhlaq. Tahun 1037 muncul Ibnu Sina, Ibnu Bajjah pada tahun 1138, Ibnu Thufail pada tahun 1147, dan Ibnu Rusyd pada tahun 1126. Pada masa klasik seorang raja dynasty abbasyah, yaitu al-Ma’mun (813-833) terkenal sebagai raja yang cendekiawan, karena perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Selain itu dinasti Umayyah di Spanyol yang didirikan Abdurrahman, yang lolos dari kejaran Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. mendirikan pusat pemerintahan di Cordova, masjid, universitas, dan perpustakaan yang berisi ribuan buku sebagai pusat pengembangan budaya islam.
Di Mesir seorang Jenderal kekhalifahan Fathimiyah yang bernama Jasuhar as-Saqili, mendirikan masjid al-Azhar di Cairo pada tahun 972 M, yang kemudian menjadi Universitas al-Azhar. Disamping itu didirikan juga Darul Hikmah sebagai pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. (Sudrajat Ajat, 2008:228)
  1. Masa Pertengahan (1250-1800)
    1. Kemajuan dan Kemunduran Khilafah Abbasiyah
Kamajuan dalam hal ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat karena beberapa faktor seperti:
  1. Faktor Politik
    1. Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad. Baghdad pada masa itu merupakan kotayang paling tinggi kebudayaannya.
    2. Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana.
    3. Faktor Sosiografi
      1. Meningkatkan kemakmuran umat islam pada waktu itu.
      2. Luasnya wilayah kekuasan islam menyababkan banyak orang Persia dan Romawi yang masuk islam kemudian menjadi muslim yang taat. Hal ini menyebabkan perkawinan campuran yang melahirkan keturunan yang tumbuh memadukan kebudayaan yang berbeda.
      3. Aktivitas Ilmiah
        1. Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase yaitu pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau hal-hal lain pada kertas kemudian dirangkap. Kedua pembukuan dan yang ketiga penyusunan dan pengaturan kembali buku.
        2. Penerjemahan merupakan aktivitas yang paling besar peranannya dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal dari buku-buku bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
        3. Setelah penerjemahan dilakukan penjelasan dan pengeditan.
        4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Kemajuan ilmu agama yaitu ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam dan ilmu fikih, serta kamajuan ilmu umum.
(Munthoha dkk, 1998:36)
  1. Kemunduran
Islam mengalami masa kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam. Filsafat oleh sebagian ulama dianggap sebagai penyebab pendangkalan dalam islam.akibat menjauhnya umat Islam dari filsafat timbul kecenderungan akal yang dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam yaitu adanya perdebatan di kalangan para filosof muslim, juga terjadi terjadi perdebatan diantara fuqoha (ahli fiqih) dengan para teolog (ahli ilmu kalam). Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis yang membedakan agama dengan ilmu, dan urusan dunia dengan akhirat. (Sudrajat Ajat, 2008:229)
  1. Masa Modern
Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari ketertinggalannya dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan tradisi klasik, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh barat.
Para penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk mengembalikan umat Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:
  1. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab kemunduran umat Islam.
  2. Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
  3. Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.
Dalam prakteknya tidak semua alternative diterima oleh umat Islam. Karena dari sisi pemikiran, realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi imitator, bahkan aplikator model barat. Di samping itu dalam konteks pembangunan social politik dan ekonomi Negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tidak bisa lepas dari konteks makro yaitu barat sebagai decisiom maker nya dan yahudi sebagai pengendalinya. Namun upaya untuk maju akan terus dilakukan oleh umat Islam.
D.    Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam
Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).
Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat. Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi sebagai pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan masjid pertama kali, fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah al-Abrasyi, 1984:58).
Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid mulai menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah ritual semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :
  1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin ilmu.
  2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat berjama’ah.
  3. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid
(Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296).
Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke tahun kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum optimal. Salah satu jalan untuk memfungsikannya secara maksimal adalah dengan menumbuhkan kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid perlu dioptimalkan. Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat kepada pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah sosial (Sudrajat Ajat, 2008:232).
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)

Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia
Di zaman modern, ada satu fenomena yang menarik untuk kita simak bersama yaitu semangat dan pemahaman sebagian generasi muda umat Islam khususnya Mahasiswa PTU dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang benar adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad Saw. Secara utuh termasuk nilai-nilai budaya Arabnya. Kita sepakat bahwa Nabi Muhammad Saw. Itu adalah Rasul Allah. Kita tahu Islam itu lebih dari beliau, dan yang menginkari kerasulannya adalah kafir.
Nabi Muhammad Saw. Adalah seorang Rasul Allah dan harus diingat bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai Islam itu bersifat universal. Maka dari itu sangat dimungkingkan apa yang dicontoh oleh Nabi dalam hal mu’amalah ada nuansa-nuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dala kehidupn modern dan disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing-masing. Contohnya dalam cara berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran Islam sendiri meniru budaya satu kaum boleh-boleh saja sepanjang tidak bertengtangan dengan nilai-nilai dasar Islam. Apalagi yang ditirunya adalah panutan suci Nabi Muhammad Saw, namun yang tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya Arabnya dipandang sebagai ajaran Islam.
Dalam perkembangan dakwah Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para Wali di tanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari hari mereka.
D. Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam(nabila)
Masjid biasanya dipahami oleh sebagian besar masyarakat merupakan rumah ibadah, terutama untuk shalat, padahal sebenarnya masjid memiliki fungsi yang demikian luas daripada sekedar untuk shalat. Masjid pada awal berdirinya belum berpindah dari fungsi yang utama yaitu untuk melakukan shalat, namun perlu diketahui bahwa masjid pada zaman Rasulullah saw dimanfaatkan sebagai pusat peradaban dan kebudayaan Islam.
Nabi Muhammad saw menumbuhkembangkan agama Islam termasuk didalamnya mengajarkan Al Quran, Al Hadits, bermusyawarah untuk mufakat dalam usaha menyelesaikan berbagai macam persoalan umat Islam, membina sikap dasar umat Islam kepada orang-orang nonmuslim, sehingga segala macam ikhtiar untuk mengembangkan kesejahteraan umat Islam justru berasal dari masjid (Diskusi Kelompok Lokakarya MPK UGM, 2003: 38). Masjid merupakan ajang untuk mengumumkan hal-hal penting terutama berkaitan dengan hidup dan kehidupan umat Islam. Persoalan suka dan duka, peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar masjid diberitahukan kepada masyarakat melalui masjid. Masjid juga berfungsi dalam hal pendidikan dan penerangan untuk masyarakat serta merupakan tempat belajar bagi semua orang yang akan belajar dan mendalami agama.Pada waktu Nabi Muhammad saw masih hidup, semua pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, agama maupun masalah hukum langsung dilontarkan dan dicarikan jawabannya secara langsung oleh beliau, maka ketika itu belum diperlukan kepustakaan Islam.
Asas Islam didalamnya mengandung kepustakaan, hal ini dapat dilihat pada waktu turunnya wahyu yang pertama yaitu surat Al Alaq ayat 1-5,(nabila, tuliski ayatnya dulu sebelum artinya, cariki di al-quran) artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Departemen Agama, 1989: 1079). Ayat tersebut mengandung makna bahwa tempat bersandar kepustakaan adalah membaca dan menulis, tanpa menulis maupun membaca buku-buku tidak pernah ada. Membaca dan menulis merupakan pertanda bagi lahirnya kepustakaan Islam sesudah nabi wafat. Kitab yang pertama dan utama dalam Islam adalah kitab suci Al Quran.
Kitab yang kedua adalah As Sunnah (Al Hadits). Kitab-kitab yang ditulis setelah AlQuran dan As Sunnah memiliki sifat menjelaskan, membahas, memberi penafsiran, mengolah, menumbuhkembangkan, dan meneruskan kedua kitab tersebut. Kepustakaan Islam adalah pusat pendidikan, pengajaran, dandakwah Islam. Pada waktu Nabi Muhammad saw masih hidup, perpustakaan belum tersedia,tetapi secara keseluruhan berdasarkan pada wahyu ertama sebagaimana ermaktub dalam Al Quran. Mereka yang berkeinginan mengembangkan ilm pengetahuan dan memperdalam ilmu,maka masjid merupakan perpustakaan sekaligus sebagai gudang ilmu (Gazalba, 1975: 119).
Masjid berfungsi sebagai tempat sosial, yang dipergunakan seperti hotel bagi seseorang sedang mengadakan perjalanan (musafir),hal itu juga pernah dialami oleh seorang budak wanita yang baru dibebaskan, karena tidak memiliki rumah kemudian ia mendirikan kemah di halaman masjid (Gazalba, 1975: 121). Orang-orang di dalam masjid mengumandangkan ayat-ayat AlQuran dengan suara merdu, juga diperdengarkan lagu-lagu yang berciri khas Islami.
Masjid berasal dari istilah sajada, yasjudu yang mengandung arti bersujud atau bersembahyang. Masjid merupakan rumah Allah (Baitullah), sehingga orang yang masuk ke masjid diperintahkan shalat sunnah tahiyatul masjid (menghargai masjid) sebanyak dua rakaat. Nabi Muhammad saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ra,: Jika seseorang memasuki masjid jangan dahulu duduk sebelum mengerjakan shalat dua rakaat (Tim Penulis Ensiklopedi Islam, 1997: 169). Kata masjid (bentuk mufrad/tunggal) dan masajid (bentuk jamak) banyak didapat di dalam Al Quran, misal: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid… (Al Quran surat Al Araf ayat 31). Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah di dalam masjid-masjidNya dan berusaha untuk merobohkannya?…. (Al Quran surat Al Baqarah ayat 114). Hanyalah yang memakmurkan masjid- masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun)selain kepada Allah….. (Al Quran surat At Taubah ayat 18). Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah) Allah(Al Quran surat Al Jin ayat 18). (Departemen Agama, 1989: 225,31, 280, 985). Masjid pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad saw di Madinah, yaitu pada tahun 622 bulan Rabiulawal tahun I Hijriyah, bertepatan dengan awal mula Nabi Muhammad saw bertempat tinggal di Madinah, masjid tersebut adalah masjid Madinah (Masjid Nabawi), adalah masjid utama ketiga sesudah Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa.
Sejarah pertumbuhan bangunan masjid berkaitan erat dengan perkembangan daerah Islam dan timbulnya kota-kota baru. Pada waktu awal tumbuh kembangnya Islam ke berbagai negara, umat Islam bertempat tinggal di tempat yang baru, dengan menggunakan sarana masjid sebagai ajang untuk kepentingan sosial. Masjid adalah hasil budaya umat Islam dalam bidang teknologi konstruksi yang sudah diawali semenjak awal mula dan merupakan corak khas negara atau Kota Islam (Tim Penulis Ensiklopedi Islam, 1997: 169-171). Masjid juga salah satu bentuk pengejawantahan tumbuhnya kebudayaan Islam yang demikian penting.Bentuk bangunan masjid juga menggambarkan Allah (Sang Pencipta) serta merupakan pertanda tingkat tumbuhkembangnya kebudayaan Islam.
Konstruksi masjid yang indah dan mempesonakan dapat ditemukan di Spanyol, India, Suria,Kairo, Baghdad serta beberapa daerah di Afrika juga merupakan pertanda sejarah monumen umat Islam yang pernah mengalami zaman keemasan pada bidang teknologi konstruksi, seni dan ekonomi. Seni arsitektur yang demikian indah kelihatan dalam berbagai masjid berada diseantero dunia tidak timbul secara mendadak, namun melalui proses pertumbuhan secara tahap demi tahap. Diawali dari konstruksi bangunan yang sederhana sampai pada bentuk bangunan yang sempurna, terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seni arsitektur masjid tidak terlepas dari pengaruh seni arsitektur Arab, Persia, Byzantium, India, Mesir, dan Gothik. Bangunan dan ciri khas arsitektur masjid, semenjak zaman para khalifah sampai saat ini terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi secara keseluruhan dilandasi adanya jiwa ketauhidan dan perwujudan rasa cinta dan kasih sayang kepada Allah SWt.
E. Islam Dalam Budaya Indonesia
Dakwah Islam ke Indonesia lengkap dengan seni dan kebudayaannya, maka Islam tidak lepas dari budaya Arab. Permulaan berkembangnya Indonesia, dirasakan demikian sulit untuk mengantisipasi adanya perbedaan antara ajaran Islam dengan kebudayaan Arab. Tumbuh kembangnya Islam di Indonesia diolah sedemikian rupa oleh para juru dakwah dengan melalui berbagai macam cara, baik melalui bahasa maupun budaya seperti halnya dilakukan oleh para wali Allah di Pulau Jawa. Para wali Allah tersebut dengan segala kehebatannya dapat menerapkan ajaran dengan melalui bahasa dan budaya daerah setempat, sehingga masyarakat secara tidak sengaja dapat memperoleh nilai-nilai Islam yang pada akhirnya dapat mengemas dan berubah menjadi adat istiadat di dalam hidup dan kehidupan sehari-hari dan secara langsung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan bangsa Indonesia, misalnya: setiap diadakan upacara-upacara adat banyak menggunakan bahasa Arab (Al Quran), yang sudah secara langsung masuk ke dalam bahasa daerah dan Indonesia, hal tersebut tidak disadari bahwa sebenarnya yang dilaksanakan tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam (Diskusi Kelompok Lokakarya MPK UGM, 2003: 39). Ajaran-ajaran Islam yang bersifat komprehensif dan menyeluruh juga dapat disaksikan dalam hal melaksanakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal yang pada awalnya sebenarnya dirayakan secara bersama dan serentak oleh seluruh umat Islam dimanapun mereka berada, namun yang kemudian berkembang di Indonesia bahwa segenap lapisan masyarakat tanpa pandang bulu dengan tidak memandang agama dan keyakinannya secara bersama-sama mengadakan syawalan (halal bil halal) selama satu bulan penuh dalam bulan syawal, hal inilah yang pada hakikatnya berasal dari nilai-nilai ajaran Islam, yaitu mewujudkan ikatan tali persaudaraan di antara sesama handai tolan dengan cara saling bersilaturahmi satu sama lain, sehingga dapat terjalin suasana akrab dalam keluarga.
Berkaitan dengan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia yang lain, juga dapat dikemukakan yaitu sesuai dengan perkembangan zaman terutama ciri dan corak bangunan masjid di Indonesia yang juga mengalami tumbuh kembang, baik terdiri dari masjid-masjid tua maupun yang baru dibangun, misal: masjid- masjid yang dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, pada umumnya hampir mirip dengan bentuk joglo yang berseni budaya Jawa. Perkembangan budaya Islam yang terdapat pada masjid, secara nyata dapat ditunjukkan yaitu adanya masjid-masjid tua yang kemudian diperbaiki dengan ditambah konstruksi baru atau mengganti tiang-tiang kayu dengan tiang batu atau beton, lantai batu dengan ubin dan dinding sekat dengan tembok kayu. Hal tersebut dapat dicontohkan beberapa masjid yang menambah bangunan, yaitu Masjid Agung Banten (bangunan menara dan madrasah), Masjid Menara Kudus (bangunan bagian depan berujud pintu gerbang dan kubah dengan gaya arsitektur kayu Indonesia), Masjid Agung Surakarta (bangunan pintu gerbang dan tembok keliling yang berlubang tiga pintu dengan lengkung runcing dan menara tempel yang memiliki mahkota kubah,merupakan hasil modifikasi pintu gerbang masjid-masjid di India. Masjid Sumenep Madura (bangunan pintu gerbang bergaya arsitektur Eropa), Masjid Jami Padang Panjang, Tanah Datar, Masjid Sarik (Bukittinggi), Masjid Sumatera Barat (pembangunan puncak tumbang dengan mahkota kubah). Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2
Beberapa masjid di Indonesia yang mengedepankan corak yang demikian baru (modern), misal: Masjid Raya Medan, Masjid Baiturrahman Banda Aceh yang mencontoh gaya arsitektur masjid di India (Tim Penulis Ensiklopedi Islam, 1997: 172-173). Bangsa Indonesia setelah meraih kemerdekaan juga banyak berdiri masjid-masjid model baru,yaitu : Masjid Raya Makassar (Ujung Pandang), Masjid Syuhada (Yogyakarta), Masjid Agung Al Azhar (Jakarta), Masjid Istiqlal (Jakarta), Masjid Salman ITB (Bandung). Masjid mempunyai sejumlah komponen yaitu kubah, menara, mihrab, dan mimbar; komponen masjid yang berciri khas Indonesia adalah beduk. Beduk terbesar di Indonesia terdapat di dalam masjid Jami Purworejo, dibuat oleh orang Indonesia dengan dirancang sesuai dengan njlai-nilai yang berciri khas Islami dan berbudaya Indonesia.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dapat dilihat dalam segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia, baik dalam aspek sosial, politik, ekonomi, dan agama sehingga nilai-nilai Islam, terutama yang terdapat dalam kebudayaan Indonesia secara keseluruhan tidak dapat dihindari, hal ini sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan tentang kebudayaan Islam yang ada di Indonesia.