Jumat, 06 Desember 2013

PENGKADERAN ADALAH SALAH SATU BENTUK BUDAYA BEBEK

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieBlPT-SrJ-o5PvTUELJh6uwuZ5URTJsmfGatxLuvUyUuL0u1vkg7znXThuQRKmHnXhaLMwRq4UhyphenhyphenWqVQn484Fe1GHuFSZJtb9aMp3pOVP9cqdZbxwqCn7UHcLsT9CwrRDvLoNSNjH38I3/s400/foto+kereeen_0256.JPG

Budaya Pengkaderan adalah budaya BEBEK yang gobrok (menurut pandangan saya). mengapa?? lihat saja bebek kalo jalan,, dia hanya mengikuti yang di depannya, tidak berfikir apakah itu jalan yang baik atau tidak?, tidak perduli apakah itu berlumpur atau tidak? itulah BEBEK!. sama halnya dengan budaya pengkaderan? hanya saja sebagian lembaga, institut, jurusan, dan fakultas dari beberapa universitas mengubah namanya menjadi "PEMBINAAN" tapi dengan cara yang SAMA!. tetap ada unsur KEKERASAN  (secara langsung maupun tidak langsung), tetap ada unsur PEMBENTAKAN.. jaman dahulu,, pengkaderan sangat bermanfaat (tapi itukan DULU), itu karena sebagai gerakan mahasiswa melawan kapitalisme masa kepemimpinan soeharto, waktu itu tentara, polisi.. mengambil alih kampus untuk mencegah dan mengisolasi gerakan mahasiswa saat itu *tragedi golput besar-besaran..
Tapi sekarangkan sudah bukan jamannya SOEHARTO lagi.. ini sudah era reformasi.. bukan orde baru, apalagi orde lama, trus apa gunanya pengkaderan saat ini?? kita sudah tidak perlu mengikuti masa ospek jaman dulu.. karena jaman dulu dan jaman sekarang itu berbeda.. katanyaaaaa mahasiswa adalah penyalur aspirasi masyarakat.. anti KEKERASAN dan anti PENJAJAHAN khususnya di negeri sendiri.. tapi apakah itu masih berbanding lurus antar pengkaderan dengan pernyataan tersebut?, sebagian mahasiswa senior beranggapan "iyyaaa" karena itu kita harus kuat, kita harus bisa melawan caranya adalah ikut "kaderisasi"!, tapi itu hanya berlaku bagi mahsiswa jaman dulu,, bukan saat ini!, alangkah lebih baiknya kita meninggalkan sistem pengkaderan yang melibatkan unsur pemaksaan, unsur ke-egoisan senior, unsur kekerasa fisik dan mental, apalagi sistem senioritas..
pengkaderan tidak menyelesaikan masalah "mengubah karakter siswa jadi mahasiswa" tapi malah menambah masalah bagi mahasiswa..
lihat saja, apa yang dilakukan para senior di depan mahasiswa baru saat melakukan inisiasi?? hanya memamer suaranya yang JELEK dengan cara MEMBENTAK juniornya, men-CEMOOH juniornya tanpa ALASAN yang jelas, mengHUKUM dan meNYURUH juniornya dengan seenaknya dengan cara yang tidak mencerminkan seorang senior yang baik,, malah sebailknya, hal tersebut hanya membawa contoh yang buruk bagi juniornya.. senior mengira saat senior melakukan hal tersebut itu adalah sesuatu yang HEBAT yang patut diBANGGAKAN, tapi malah sebaliknya, hal itu hanya jadi pandangan sinis untuk junior.. yang terpapar dalam pikiran junior adalah senior itu adalah mahasiswa yang melampiaskan kemarahannya kepada juniornya atas tindakan yang dilakukan pada senior terdahulunya kepada mereka, dengan kata lain, junior ada "PELAMPIASAN" seniornya, para mahasiswa baru juga beranggapan bahwa PENGKADERAN, INISIASI, dan PEMBINAAN itu adalah PEMBODOHAN (pandangan maba), ada pula mahasiswa baru yang beranggapan bahwa senior itu adalah orang yang paling takut di kalah cantik, dikalah ganteng karena lebih sibuk urusi penampilan juniornya dari pada penampilan mereka sendiri, bahkan tidak sedikit dari junior mendo'akan senior mereka hal-hal yang buruk.. tapi senior tampaknya senior yang terlibat tetap saja BANGGA akan hal tersebut.. sungguh IRONI sikap para senior ini..
bukankah lebih baik hal itu ditinggalkan? bukankah lebih baik hal itu diubah?? akan lebih baik kalo pengkaderan, inisiasi, pembinaan dll sebagainya dilakukan bukan dalam bentuk pelancongan, bukan dalam bentuk gertakan, bukan dalam bentuk ancaman, bukan dalam bentuk cemomohan apalagi kekerasan, bukan dalam bentuk senioritas.. tapi dalam bentuk persuasif atau ajakan yang baik, yang mendidik dan tentunya tidak memberika doktrin-doktrin negatif bagi juniornya dengan tutur kata yang tidak kasar dan tidak pantas untuk dicontoh dan tentunya sikap yang baik..
kenapa kita tidak mencontoh bentuk ospek negara maju?? lihat bentuk ospek INGGRIS, JEPANG dan USA, dulunya juga pelancongan tapi ditinggalkan karena dianggap sudah tidak cocok dengan perkembangan, pandangan dan keadaan negaranya dan memang sudah tidak cocok untuk di laksanakan, jepang mengubah sistem ospek menjadi lebih mendidik lebih bermanfaat dengan meninggalkan budaya yang memang sudah tidak cocok dan tidak efektif lagi lagi dilaksanakan, cukup budaya tersebut disimpan dalam catatan sejarah mereka bukan berarti ditinggalkan, Namun dijadikan sebagai pelajaran. contohnya adalah melaksanakan kegiatan sosialisasi pengembangan peroduk dan mesin yang langsung dilaksanakan di temapat terpencil dan pemanfaat sumberdaya alamnya (perkebunan) Itulah negara maju.. Nah, pertanyaannya sekarang, kapan budaya OSPEK dalam bentuk pelancongan, kekerasan, gertakan dan pemaksaan akan terus diLESTARIKAN?? kapan budaya itu bisa dijadikan acuan pembelajaran untuk mengubah sistemnya menjadi lebih efektif dan lebih bermanfaat ? sementara kita tahu kalau sistem tersebut sudah tidak berbanding lurus dengan jaman sekarang..
Catatan : tulisan ini ditulisan ini berdasarkan dari hasil wawancara beberapa mahasiswa baru dan beberapa sumber sosial media diantaranya : http://achmadfirdaus.wordpress.com/tag/relevansi-pengkaderan-dan-idealisme-mahasiswa/ , https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=216044591861380&id=184270048372168